Anak-anak usia dini usia 3 – 5 tahun sering kali disebut anak pada usia Golden Age, yaitu dimana kemampuan otak untuk menyerap informasi memiliki beberapa kali lipat dibandingkkan pada usia level lainnya. Oleh karena itu anak-anak pada usia ini harus mendapatkan stimulus dan masukan atau input-input positif dan benar sehingga dapat menstimulasi semua aspek untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal. Stimulus atau input positif yang dibicarakan disini bukan hanya kaitannya dengan bidang akademik seperti kemampuan calistung atau baca tulis hitung yang akhir-akhir ini sangat populer di kalangan ibu-ibu dengan anak balita. Biasanya para orang tua hanya terpaku dalam melatih kemampuan tersebut. Hal ini dikarenakan ketrampilan tersebut merupakan salah satu persyaratan untuk memasuki TK atau sekolah dasar. Padahal untuk sampai kepada keterampilan tersebut, anak perlu dipersiapkan kematangan dalam kemapuan dasarnya seperti aspek motorik kasar dan motorik halus. Disamping itu ada beberapa aspek yang berkaitan dengan kemampuan dasar tersebut seperti kemampuan pemahaman konsep dasar, komunikasi dan sosialisasi. Menurut Elizabeth B. Hurlock perkembangan utama yang terjadi selama awal masa kanak-kanak berkisar di seputar penguasaan dan pengendalian lingkungan. Anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku social sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu mereka masuk kelas satu.
Berdasarkan fenomena diatas, dalam pembuatan kurikulum untuk pendidikan pre school di Terminal Hujan, kami mencoba untuk mempertimbangkan aspek-aspek kemampuan dasar tadi, tidak hanya di tekankan kepada kemampuan atau keterampilan “calistung”. Aspek-aspek lain yang akan dikembangkan seperti aspek kemandirian aspek emosi dan afeksi anak juga milai-nilai positif seperti saling menyayangi dan menghargai. Hal itulah yang diusung dalam kurikulum pre school Terminal Hujan. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pre school Terminal Hujan, kegiatan pre school selalu di awali dengan kegiatan morning circle dalam kegiatan tersebut anak di ajak untuk mengenali emosi yang mereka rasakan seperti senang, sedih serta alasan mengapa merasa demikian. Kegatan tersebut bertujuan untuk membangun suasana belajar, agar mereka lebih siap dalam mengikuti proses pembelajaran tahap-tahap berikutnya. Ketika mereka keluar dari rumah tidak semua anak-anak memiliki pengalaman yang positif seperti keadaan sedih, marah. Dengan adanya aktivitas dalam kelompok, mereka memiliki kesempatan untuk mengeluarkan “uneg-uneg” nya kepda teman-teman.
Sementara peran fasilitator memberikan mediasi bagi masing-masing anak-anak. Selain itu, dengan adanya interkasi dalam kelompok, suasana hati mereka menjadi lebih cair dan mereka siap untuk mengikitu proses bermain dan belajar pada jam berikutnya. Selain itu perbincangan tersebut menjadi media mereka untuk mengenali tingkah laku positif yang dapat memberikan mereka emosi positif, seperti pagi ini merasa senang karena akan bermain dan belajar di terminal hujan atau merasa sedih karena tadi dipukul oleh temannya. Kegiatan morning circle ini juga menjadi ajang perkenalan bagi murid-murid baru, anak-anak pre school di ajak untuk tidak malu dan berani untuk berkenalan dengan orang baru. Kemudian dalam aktifitas pembelajaran mereka juga di ajarkan untuk membantu teman yang kesulitan dengan memuji mereka ketika melakukan aktifitas tersebut. Pujian yang diberikan kepada anak juga lebih ditekankan ketika mereka memunculkan tingkah laku positif tersebut seperti membantu teman, berkenalan dengan teman baru, membereskan kembali peralatan, dan sebagainya.
Beberapa orang mengatakan bahwa anak merupakan generasi penerus. Kami sangat setuju dengan pendapat tersebut. Kami percaya bahwa masa depan yang lebih baik dapat dicapai jika kita memiliki generasi penerus yang baik pula. Perkembangan yang optimum bisa dicapai jika kita memberikan stimulus yang seimbang pada tiap-tiap aspek perkembangan anak. Oleh karena itu dalam memberikan stimulus untuk perkembangan anak jangan juga kita melupakan tugas perkembangan anak yang lain. Jangan sampai kita merampas hak-hak mereka untuk dapat bermain dan mengeksplorasi lingkungan sebagai media pembelajaran mereka pada tahapan umur tersebut.
Jika bukan kita siapa lagi?
Jika bukan dari sekarang lantas kapan?
Salam Terminal Hujan! :)
Juga dimuat di: http://www.klikhati.com/blogs/belajar-tidak-sebatas-calistung/
No comments:
Post a Comment