Paulo Freire pernah mengatakan bahwa tujuan pendidikan yang paling hakiki adalah memanusiakan manusia. Tujuan tersebut mengandung makna yang cukup mendalam bahwa manusia memang ditempatkan layaknya manusia dengan segala macam sifat yang melekat pada dirinya, utuh dan bulat.
Manusia berhak untuk mendapatkan pendidikan, karena hanya dengan pendidikan itulah manusia kemudian berproses menjadi manusia sejatinya, manusia sesungguhnya. Tanpa pendidikan maka manusia tidak ubahnya seperti hewan yang dicucuk hidungnya, dimana apa saja yang dikatakan tuannya ia akan turut dikarenakan tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar.
Sangat pentingnya pendidikan maka kemudian ada segelintir orang yang menjadikan pendidikan sebagai sebuah komoditas dagang. Pendidikan dijajakan dalam ruang publik sebagai sebuah benda privat yang berharga mahal, sebagai barang mahal sudah barang tentu kemudian perolehannya juga tidak bisa secara bebas, harus dengan pengorbanan dalam hal ini uang. Sehingga kemudian, pendidikan menjelma menjadi barang mahal yang hanya bisa dijangkau oleh orang-orang “berduit”. Miris, tapi itulah fakta, itulah realita yang tergambar di depan mata.
Peran pemerintah seharusnya diperlukan di saat aksesibilitas terhadap pendidikan menjadi tidak merata, maksudnya ada sebagian dari masyrakat yang kemudian tidak bisa menjangkau keberadaan pendidikan itu sendiri. Sederhanya, saat biaya pendidikan mahal maka Pemerintah masuk melakukan intervensi dengan memberikan subsidi atau beasiswa atau sejenisnya. Subsidi atau beasiswa ini diharapkan bisa menjadi alat untuk meniadakan diskriminasi atas akses terhadap pendidikan.
Namun pemerintah yang mempunyai perangkat terbatas, dana terbatas, serta dengan segala macam patologi birokrasinya ternyata tidak cukup mampu untuk menyelesaikan permasalahan ini, yaitu saat terjadi ketimpangan antara harga pendidikan dan daya beli masyarakat atas jasa pendidikan.
Hal ini yang kemudian mendorong segelintir masyarakat untuk masuk dan mengambil peran. Mulai dari menciptakan sebuah intervensi sosial sehingga bisa muncul sebuah gerakan untuk menolong orang-orang yang memiliki kesulitan akses terhadap pendidikan, atau menciptakan sebuah sayap ekonomi baru yang mengkutuk sistem pendidikan liberal yang sudah ada sekarang, semua dengan caranya masing-masing berusaha menyelesaikan masalah pelik pendidikan yang sudah ada.
Terminal Hujan sebagai sebuah gerakan sosial hadir dalam rangka melakukan intervensi sosial guna memunculkan gerakan sosial menolong orang-orang yang memiliki kesulitan atas akses terhadap pendidikan. Dan sebagaimana sejarah berulang maka, lagi-lagi golongan dengan kemampuan ekonomi lemah lah yang biasanya jamak membutuhkan pertolongan. Mereka adalah golongan yang selalu meminta bantuan sekaligus merasakan ketidakadilan sosial atau ekonomi. Kepada merekalah kemudian Terminal Hujan menujukan gerakannya.
Sasaran yang dituju tentunya tidak hanya berupa gerakan pemberian, tetapi jauh daripada itu, adalah sebuah pemberdayaan atau empowerment dimana golongan masyarakat lemah yang memiliki kesulitan akses terhadap pendidikan dibantu untuk bisa membantu dirinya sendiri. Mereka diberikan alat memancing, bukan diberikan ikan untuk dimakan. Karena kami percaya hanya dengan kemandirianlah kesuksesan tersebut kemudian bisa atau dapat diraih.
Terminal Hujan hanya sedikit dari banyaknya gerakan sosial di bidang pendidikan, tetapi kami bersama dengan yang lain mempunyai tujuan dan arah yang sama yaitu mencerdaskan Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Gagasan untuk berbagi sebagaimana yang selama ini kami sebarkan mempunyai tujuan agar orang lain juga turut serta dalam gelombang gerakan sosial ini, bermanfaat sebanyak-banyaknya bagi orang banyak.
Terminal Hujan bahu membahu dalam sebuah gelombang besar perubahan. Maraknya penggunaan sosial media juga berperan sentral dalam penyebaran gagasan ini, sehingga Terminal Hujan dan gagasan untuk berbaginya bisa menyebar dan menularkan ke orang lain. Harapan kami Terminal Hujan bisa menjadi inpirasi banyak orang yang ingin berbuat sesuatu bagi sekitarnya, bahwa apa yang kita berikan masih lebih sedikit dibandingkan dengan apa yang sudah kita terima, oleh karenanya saatnya kita membalas hal tersebut sekarang juga.
Salam Perubahan!
No comments:
Post a Comment